Menu

Please help us To Donate.. thx..


Goal amount for the next month: 150 USD, Received: 26 USD (18%)
Make InDoNizer.co.cc more strong by donating us. Even 1 $ can make a big difference in making InDoNizer.co.cc better and bigger.


http://InDoNizer.Co.Cc InDoNizer Update Setiap hari Informasi dari InDoNizer & Untuk InDoNesia

link

Daftar isi

Please wait 3.0 seconds

Film Suster Keramas : Cabul Abis, Tapi Lucu Sih

16 Oktober 2010

film-suster-keramasMungkin inilah film horor paling cabul yang pernah saya tonton. Entah itu dari sisi adegan, dialog, maupun bahasa-bahasa tubuh (body language) para pemainnya. Sempat menuai kontroversi, akhirnya film ini masih bisa tayang di bioskop. Malahan saat saya tonton kemarin (Minggu 17 Januari 2010) di Ayani 21 Pontianak, masih terlihat beberapa remaja tanggung yang lolos.

Padahal (konon) kabarnya, untuk bisa nonton film komedi horor cabul ini harus menunjukkan KTP. Nyatanya di bioskop tempat saya nonton nggak tuh Ok, mungkin ada yang nanya, buat apa sih buang-buang duit untuk nonton film kayak gini? Sebagai seorang pemerhati dunia hiburan Indonesia (yang termasuk perfilman nasional), rasanya saya harus nonton film ini.

Saya tak kuasa menahan rasa penasaran, separah apakah film ini? Bukan sekadar pengen liat aksi Rin Sakuragi loh (bintang porno asal Jepang yang konon lebih populer ketimbang Miyabi itu). Saya juga penasaran pengen liat hasil garapan sutradara Helfi Kardit (salah satu sutradara spesialis horor Indonesia yang menurut saya cukup mumpuni).

Saya sudah nonton film LANTAI 13 yang digarap Helfi beberapa tahun lalu. Buat saya itu salah satu film horor terbaik Indonesia. Nah, bagaimana dengan film Suster Keramas ini?

Kalau harus menilai secara keseluruhan, nilai horor dari film Suster Keramas ini masih kurang maksimal. Saya cuma kagum dengan scene-scene di babak awal hingga pertengahan. Sisanya? Tidak ada yang spesial. Helfi sepertinya masih kurang mampu mempertahankan kualitas nuansa horor seperti yang ditunjukkannya pada babak-babak awal.


Vulgar abis!


Yang lebih ditonjolkan malah kemasan scene-scene bernuansa komedi cabul. Ya iyalah, kan itu yang mau dijual dari film ini…hehehe. Gimana nggak mau dibilang cabul, adegan yang disuguhkan sungguh mengumbar kelakuan konyol 2 orang pemuda berotak full mesum (berkat keseringan nonton bokep).

Belum lagi aksi topless Rin Sakuragi di hadapan keduanya (walau membelakangi kamera). Aksi atau adegan paling cabul ialah ketika Yadi Sembako dan 2 pemeran utama tergiur oleh busana minim yang tersingkap saat Rin Sakuragi beradegan tidur di ranjang. Durasi adegan mesum tersebut LUMAYAN LAMA dan terus terang aja bikin birahi penonton cowok ikut mendidih

Gimana nggak mendidih, kita disuguhin ‘pemandangan menggiurkan’ selama sekian menit (kalo seingat saya). Belum lagi scene berbikini ria dan aksi mandi di sungai yang ditunjukkannya. Tapi sayang, adegan topless yang menghadap kamera kena sensor dikit..wekekeeeek (dasar otak mesum yach). Adegan itu lebih hot di trailernya kalo menurut saya.

Unsur ‘parah’ lainnya dipertunjukkan dengan sangat total nan maksimal oleh seorang pemeran pembantu wanita. Kalo nggak salah namanya Shinta Bachir. Yang jelas, amat sangat memancing syahwat kaum adam Gimana enggak, yang disuguhkan adalah eksploitasi sensualitas dan seksualitas yang (menurut saya) tergolong sangat vulgar. Bahkan ada adegan lesbian yang cukup hot.


cuplikan-adegan-suster-keramas
cuplikan adegan lesbian Rin Sakuragi di Suster Keramas



rin-sakuragi-suster-keramas
cuplikan adegan antara Keyla (Herfiza Novianti) dan Michico (Rin Sakuragi)


Akting para pemain


Yang paling menonjol dan paling maksimal menurut saya yaitu akting pemeran Keyla dan si kribo yang berkacamata. Pemeran Keyla namanya Herfiza Novianti. Kalo pemeran kribo saya nggak tau sih. Sedangkan pemeran teman si kribo bisa dibilang boleh lah aktingnya. Gilanya lumayan dapet. Yang nggak kalah gokiel yaitu akting Alex Abbad dan lawan mainnya (Jeng seksi yang berperan sebagai istrinya). Gokiel dan parah abiz deh Tapi lumayan lucu dan menghibur sih buat saya.

Tampilnya 2 komedian, yaitu Yadi Sembako dan Daus Separo juga turut menambah nuansa komedi film horor cabul ini. Untuk Yadi, beberapa lelucon yang dilontarkannya masih rada garing.


Alur cerita dan skenario


Tidak ada yang spesial pada poin ini. Semua serba KLISE dan agak dipaksakan. Yach, kayaknya emang sulit banget menemukan skenario dan alur cerita film horor Indonesia yang bisa dibilang bagus. Mungkin cuma film LANTAI 13 yang menurut saya punya cerita dan alur yang bagus. Sayang, Helfi Kardit tidak banyak mengambil sisi positif film yang pernah digarapnya tersebut.

Unsur klise dipertunjukkan lewat scene pembuka yang menggambarkan sosok seseorang yang dikejar-kejar para penduduk dan kemudian disiksa beramai-ramai. Itu sudah cukup sering saya liat pada scene-scene pembuka film horor Indo lainnya (terutama garapan Koya Pagayo alias Nayato Fio Nuala). Termasuk opening film Bangsal 13 yang digarap oleh Ody C.Harahap. Idenya sama persis! (latar belakang terbunuhnya seseorang yang kemudian menjadi hantu..hehehe).

Kekurangan lain yaitu pada penggunaan sound-effect yang masih sangat dominan. Agak berlebihan menurut saya. Kenapa sih nuansa horor harus selalu dibangun lewat musik latar yang selalu bising dan memekakkan telinga?


Ending cerita


Lumayan gokiel menurut saya, terutama pas adegan munculnya hantu Jeng seksi..hihihi. Yang terkesan agak dipaksakan yaitu dialog membawa nama Tuhan. Seolah-olah itu dibuat sebagai ‘pesan moral’ film ini. Pesannya kira-kira gini : “Mungkin ini peringatan Tuhan buat kita yach. Kalo doyan nonton bokep ya gini akibatnya..” ck ck ck.. (maksa banget tuh pesan moralnya). Nggak ngefek banget buat para penonton!


Kesimpulan


Sependapat dengan Didi Petet, bahwa sebuah film harus kita kembalikan pada fungsinya. Yaitu sebagai sebuah hiburan. Dalam kaitan dengan hal tersebut, buat saya sih film ini lumayan menghibur (terlepas dari beberapa kekurangan di atas). Beberapa kali saya dibuat tertawa ngakak

Lucunya dapat. Sensualitas dan vulgaritasnya apa lagi..hehehe (lumayan buat cuci mata kaum lelaki). Yang agak kurang mungkin scene-scene horornya. Kalau ada yang bilang film ini tidak mendidik, ya jelas aja. Nggak perlu ngomongin mendidik atau enggak kalau filmnya bergenre horor.

Dan kalau ada yang bilang film kayak gini merusak moral, waduh, menurut saya sih kembali pada masing-masing penonton aja deh. Kita nggak bisa menggeneralisir sesuatu begitu saja. Buat penonton yang sudah dewasa seperti saya (usia 28), film ini tidak masalah buat saya. Semua yang disuguhkan masih manusiawi banget, walaupun rada vulgar.

Namun saya setuju, para remaja tanggung dan anak-anak bisa memperoleh ‘teladan negatif’ dari film ini. Film ini lebih layak ditonton oleh mereka yang berusia 21 tahun ke atas.
 
InDoNizer for InDoNesia News | by TNB ©2010